Foto : Refleksi PPG

Refleksi Guru. Haruskah..?

18-03-2022    Admin SMP IT MTA Karanganyar    7589 kali     Pengetahuan Umum


REFLEKSI

Oleh : Haryanti,S.Pd

Refleksi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam usaha meningkatkan peran dan tanggungjawab profesionalnya. Menjadi salah satu elemen dalam peningkatan profesionalisme, refleksi atas praktik pembelajaran oleh guru merupakan faktor penting bagi terbentuknya inovasi dan revolusi pembelajaran di kelas. Kegiatan ini penting dilakukan untuk memperluas dan memperdalam kompetensi profesional guru.

Apa saja hal yang dapat kita sebagai guru jadikan bahan sebuah refleksi? Menurut Abdurrahman, dalam Identifikasi Pedagogical Content Knowledge Calon Guru Fisika Melalui Pembelajaran Berbasis Multirepresentasi, yang dimuat dalam Jurnal Pendidikan Progresif tahun 2013, ada tiga unsur pengetahuan profesional yang senantiasa menjadi bahan refleksi diri guru, yaitu pengetahuan konten (Content Knowledge), pengetahuan pedagogik (Pedagogical Knowledge), dan pengetahuan pengemasan konten dalam pembelajaran bermakna (Pedagogical Content Knowledge).

Sedangkan Korthagen & Vasalos dalam Levels in reflection: Core reflection as a means toenhance professional growth pada Teachers and Teaching tahun 2005, menyatakan bahwa sedikitnya terdapat 4 aspek yang dapat menjadi fokus seorang guru dalam merefleksi praktik profesionalnya, yaitu: 1) Lingkungan (bagaimana upaya guru memanfaatkan lingkungan belajar dalam pengembangan profesionalnya); 2) Perilaku Profesional (respon positif terhadap perubahan atau inovasi); 3) Kompetensi (respon terhadap pentingnya meningkatkan kompetensi profesional); dan 4) Keyakinan guru tentang profesinya (beliefs).

Pada proses profesionalitasnya, seorang guru harus dapat memanfaatkan kegiatan refleksi untuk mendapatkan solusi dan setiap permasalahan pembelajaran yang terjadi, sehingga tidak dengan mudah selalu memposisikan anak didik menjadi “kambing hitam” terhadap suatu kegagalan yang ditemui.

Dari dua pendapat di atas, setidaknya terdapat empat hal yang dapat kita jadikan objek refleksi, yaitu:

  1. Cara Mengajar

Objek pertama yang dapat kita refleksi adalah berkaitan dengan cara mengajar. Sebagai guru memang kita wajib menguasai setiap materi pembelajaran yang akan kita ajarkan semaksimal mungkin. Namun, dengan fokus penguasaan terhadap materi-materi tersebut, terkadang kita lupa bahwa ada elemen lain yang tidak kalah penting untuk kita kembangkan. Singkatnya, seorang guru harus menguasai pendekatan, model, metode, teknik dan strategi pembelajaran dengan baik. Yang penting bukan hanya apa yang kita sajikan, namun cara penyajiannya pun tidak kalah penting.

Adakah momen dimana kita mendapati anak didik kita yang pasif, kurang termotivasi atau terlihat enggan dalam mengikuti pembelajaran? Coba lakukan refleksi apakah cara mengajar yang kita terapkan sudah sesuai dengan karakter dan gaya belajar siswa, sudah mengakomodasi variasi gaya belajar, atau sudah tepat dengan sifat mata, muatan atau materi pelajaran?

2. Lingkungan Belajar

Mengkreasikan lingkungan belajar yang nyaman merupakan salah satu hal terpenting dalam menfasilitasi sebuah pembelajaran. Pengkondisian lingkungan belajar dapat memberi dampak besar dari keberhasilan sebuah pembelajaran.

Setiap sebelum mengajar seorang guru harus membiasakan kegiatan menyiapkan kondisi kelas yang ideal untuk pembelajaran, memastikan lingkungan kelas serta benda-benda di dalam ruang kelas mendukung proses pembelajaran, bukan justru berpotensi menjadi gangguan bagi siswa saat belajar. Bahkan guru perlu mempertimbangkan detil kecil seperti aroma, sirkulasi udara, pencahayaan, suara lingkungan, sampah, dan lainnya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi pembelajaran siswa.

3. Suasana Belajar dan Interaksi di Kelas.

Berikutnya, salah satu poin refleksi yang harus kita lakukan sebagai guru adalah suasana dan interaksi belajar siswa di kelas. Kita harus sadar dengan kondisi belajar siswa, sekaligus suasana seperti apa yang mendominasi di dalamnya. Sebagai contoh, untuk mewujudkan rencana pencapaian tujuan suatu pembelajaran yang baik, seorang guru harus fokus pada usaha bagaimana menciptakan suasana belajar yang menyenangkan termasuk dengan usaha membangun interaksi positif  di kelas, baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Kita harus memperhatikan dengan baik pola siswa bersikap di dalam kelas. Apakah mereka terlihat berinteraksi dengan nyaman dan ceria saat belajar. Sebagai guru, kita tidak boleh mengabaikan tanda-tanda negatif kecil seperti siswa merasa bosan, lesu dan tidak bersemangat dalam belajar, dan segera mencari solusi untuk mengatasinya.

4. Media Belajar yang Sesuai dan Asesmen yang Tepat

Media pembelajaran memiliki peranan penting bahkan vital sebagai alat bantu guru dalam menyampaikan materi atau siswa dalam memahami konsep pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Kita dapat mengadaptasi dan memodifikasi langkah “Design Thinking” untuk mengembangkan rancangan media pembelajaran yaitu melalui kegiatan ber-empati dengan permasalahan yang ingin dipecahkan, mendefinisikan masalah secara terfokus, mencari ide dan alternatif solusi, membuat purwarupa, dan melakukan ujicoba. Guru harus dapat mendesain dan mengkreasikan media belajar yang menarik sekaligus fungsional, sesuai dengan kebutuhan dan mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.

Kemudian, bentuk tugas atau asesmen juga sangat menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Bagaimana seorang guru dapat mengukur pencapaian siswa dengan akurat jika alat ukur yang digunakan tidak tepat atau tidak dapat bekerja dengan baik? Kebanyakan guru, dalam menjalankan langkah pembelajaran hanya fokus pada penilaian di akhir proses pembelajaran. Padahal, seharusnya setiap pembelajaran dilengkapi dengan asesmen yang mengalir dari sejak awal pembelajaran dimulai, mengakomodasi penilaian terhadap setiap usaha siswa dalam mengikuti pembelajaran. Bahkan, bentuk asesmen pun instrumen yang sesuai harus masuk dalam agenda perencanaan dan perancangan. Dengan memahami bagaimana bentuk dan detil asesmen, seorang guru memiliki panduan bagaimana merancang pembelajaran yang sesuai, guna menghindari missed antara kegiatan pembelajaran dan asesmen yang dilakukan.

Berkaitan dengan teknis refleksi, seorang guru dapat memanfaatkan berbagai pendekatan atau format refleksi seperti 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway yang meliputi Facts, Feelings, Findings dan Future. Atau, model DEAL yang dikembangkan oleh Ash dan Clayton berupa tahapan Description, Examination dan Articulation of Learning. Ataupun model-model refleksi lainnya. Apapun modelnya, refleksi harus kita biasakan, sesuai dengan semangat kita sebagai guru, untuk terus belajar dan meningkatkan kompetensi kita, baik dalam hal profesional maupun pedagogik. Refleksi diri guru dapat juga diartikan sebagai bagian dari usaha evaluasi diri guru. Sebelum menyalahkan siswa atau pihak lain jika tujuan pembelajaran tidak terlaksana, ada baiknya memperbaiki kualitas diri guru pribadi terlebih dahulu.

 

    Komentar Pembaca :
Tulis Komentar: