Foto : Unggah Ungguh Basa Jawa

Unggah Ungguh Basa Jawa

26-04-2022    Admin SMP IT MTA Karanganyar    11101 kali     Pendidikan


Pentingnya Mengenalkan Unggah-Ungguh Bahasa Jawa Sejak Dini

Oleh Dwi Ratna Listyaningrum, S. Pd.

 

Bahasa Jawa memiliki unggah-ungguh atau tingkat tutur sebagai ciri khas yang membedakan bahasa Jawa dengan bahasa daerah lain. Unggah - ungguh bahasa Jawa merupakan kaidah yang ada pada masyarakat Jawa dalam bertutur kata atau bertingkah laku dengan memperhatikan penutur dan lawan tutur serta melihat situasi dengan tujuan menjaga kesopansantunan untuk saling menghormati serta menghargai orang lain.

 Bagi para siswa yang duduk di bangku sekolah tentu tidak asing dengan materi unggah ungguh basa jawa terutama bagi siswa yang tinggal dan sekolah di Jawa. Dan perlu diketahui apa itu unggah-ungguh basa jawa. Unggah ungguh basa jawa merupakan sebuah aturan adat dalam masyarakat jawa khususnya penggunaan bahasa Jawa yang menunjukan sopan santun, tatakrama, tatasusila, dan penggunaan basa Jawa itu sendiri. Secara garis besar susunan tata bahasa Jawa (tingkat tutur) terbagi menjadi dua, yaitu Ngoko dan Krama. Ngoko terbagi menjadi dua yaitu Ngoko Lugu dan Ngoko Alus, sedangkan Krama juga terbagi menjadi dua yaitu Krama Lugu dan Krama Alus.

Unggah-ungguh bahasa Jawa harusnya diajarkan kepada anak usia dini. Masa usia dini tersebut merupakan masa keemasan bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Daya ingat anak usia dini itu sangat kuat, maka dari itu sangatlah cocok untuk memberikan pendidikan-pendidikan yang baik khususnya tentang unggah-ungguh Jawa.

Di Jawa Tengah bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang merupakan bahasa pertama yang dikenalkan kepada anak. Pengenalan dalam upaya pendidikan unggah-ungguh bahasa Jawa yang menyenangkan sesuai dengan usia perkembangan anak di usia dini. Hal tersebut penting karena pada kenyataan dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah atau di lingkungannya, anak-anak usia dini selalu menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian. Apabila pengetahuan anak tentang unggah-ungguh bahasa Jawa khususnya bagi anak di pedesaan maupun di pinggir kota. Akibatnya, anak-anak tersebut akan berbicara, menjawab ataupun bertanya kepada gurunya dalam bahasa Jawa ngoko. Penggunaan bahasa Jawa ngoko tersebut dirasa kurang sopan jika diucapkan kepada gurunya. Begitu pula anak-anak yang tinggal diperkotaan, seharusnya mereka juga dikenalkan dengan bahasa Jawa. Namun faktanya mereka sudah terbiasa memakai bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Kenyataan demikian menjadikan budaya Jawa di abad 21 semakin berkurang, semua itu juga karena pengaruh budaya barat seperti budaya K-Pop dari korea. Hal ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi komunikasi terutama tayangan televisi yang lebih banyak menayangkan budaya metropolitan dan juga budaya global. Dikhawatirkan, budaya yang dikenal adiluhung akan hilang diterjang zaman. Orang Jawa sebagai pendukungnya tidak lagi peduli pada budaya warisan leluhurnya. Akibatnya banyak anak muda yang mulai kehilangan pengetahuannya tentang budaya Jawa. Hal ini menyebabkan keberadaan budaya Jawa semakin terancam dan semakin jauh dari anak muda sebagai generasi penerus bangsa. Budaya unggah-ungguh Jawa perlu diterapkan dan dikenalkan kepada anak-anak sejak dini terutama anak zaman sekarang, untuk menghindari hilangnya budaya yang semakin terkikis dengan adanya globalisasi. Tindak laku berbahasa dalam budaya Jawa disebut sebagai unggah-ungguh basa.

Fenomena lain di kehidupan pendidikan sekarang ini adalah adanya sekolah yang menekankan anak untuk bisa berbahasa Inggris daripada berbahasa daerah sendiri. Padahal, bahasa daerah, selain mengajarkan bahasa, juga terselip pendidikan budi pekerti, sikap santun dan unggah-ungguh pada orang yang lebih tua. Akibatnya, lambat laun bahasa daerah yang kita punya akan lenyap. Terlebih lagi disekolah formal sekarang ini pembelajaran bahasa daerah hanya diberi waktu yang singkat sekali. Banyak generasi muda tak paham bahasa daerahnya sendiri. Ini adalah kondisi memprihatinkan menyangkut pendidikan pelestarian budaya nusantara yang konon bhinneka tunggal ika. Dari deskripsi singkat di atas, dapat digambarkan bahwa pengetahuan akan bahasa Jawa, yang merupakan salah satu khazanah budaya bangsa Indonesia, bagi anak-anak Jawa usia dini itu sendiri dapat dikatakan memprihatinkan.

Bahasa Jawa dapat digunakan sebagai wahana pembentukan budi pekerti dan sopan santun karena kaya dan lengkap dengan perbendaharaan kata, juga sangat mengatur dari segi tingkat tuturnya. Pada unggah-ungguh bahasa Jawa yang terdiri dari bahasa ngoko dan krama terlihat jelas adanya perbedaan yang mengajak kita saling menghormati satu dengan yang lain. Diatur jelas penggunaan bahasa Jawa dengan orang. Orang tua dan pendidik hendaknya tidak bosan dan lelah untuk selalu memberikan nasihat, teladan, ruang pilihan, kesempatan untuk mengambil keputusan, keleluasaan bagi anak-anak untuk meneladan, mengikuti dan menilai baik dan buruk, benar salah suatu sikap, perilaku atau perbuatan.

Saat anak berinteraksi dengan orang lain, sangatlah penting untuk mengembangkan pengalaman-pengalaman positif mengenai perilaku sopan, yaitu perilaku berunggah-ungguh, sebagai salah satu cara memperkenalkan unggah- ungguh. Memperkenalkan unggah-ungguh bahasa Jawa tersebut tidak hanya sekedar mengajarkan atau mengenalkan untuk mengetahui tentang pengucapan kata-kata bahasa Jawa dalam tataran ngoko atau krama yang baik dan buruk, atau yang benar dan salah, tetapi merupakan pelatihan pembiasaan terus menerus tentang sikap berunggah-ungguh yang benar dan baik, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan anak akan terbiasa melakukan kebiasaan sopan di dalam rumah maupun di luar rumah karena pada saat usia dini, anak merupakan peniru ulung sekaligus pembelajar ulet, maka pengenalan dan pembiasaan unggah-ungguh bahasa Jawa perlu dimulai sejak usia dini. Selain itu, kebiasaan melakukan perilaku yang sopan dan berunggah-ungguh tersebut penting baik di masa kanak-kanak maupun setelah dewasa

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai orang berunggah-ungguh Jawa adalah orang yang ketika berhubungan dengan orang lain menampakkan sopan santunnya, baik bahasa atau tutur katanya dan sikap atau perilakunya.

 

 

Referensi

Arfianingrum, P. (2020). Penerapan Unggah-Ungguh Bahasa Jawa Sesuai Dengan Konteks Tingkat Tutur Budaya Jawa. Jurnal Prakarsa Paedagogia3(2).

Chotimah, C., Untari, M. F. A., & Budiman, M. A. (2019). Analisis Penerapan Unggah Ungguh Bahasa Jawa dalam Nilai Sopan Santun. International Journal of Elementary Education3(2), 202-209.

    Komentar Pembaca :
Tulis Komentar: