Foto : ilustrasi

MEMBANGUN JEMBATAN OTAK DENGAN SCENE SETTING

01-02-2021    Admin SMP IT MTA Karanganyar    14949 kali     Pendidikan


Oleh : Bambang Kristanto, S.Pd. (Guru Matematika SMP IT MTA KARANGANYAR)

 

Guru adalah profesi yang terbiasa membuat rencana sebelum beraksi. Untuk menjalankan profesinya, guru harus selalu merencanakan aktivitas apa yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Rencana tersebut haruslah detail dan mencakup berbagai kompetensi, baik kompetensi pedagogik dalam mengelola kelas maupun kompetensi profesionalnya. Hal yang penting dalam merencanakan tersebut yaitu RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Unsur atau bagian dari RPP yang menjadi kunci sukses tidaknya peserta didik adalah apersepsi dimana di situ mengantarkan anak ke dalam lingkungan atau suasana belajar sesuai materi yang akan diajarkan.

Di dalam apersepsi terdapat bagian yang bermanfaat sebagai jembatan dari kesiapan anak dan materi yang akan disampaikan, yaitu scene setting. Scene setting  adalah aktivitas yang dilakukan guru bersama peserta didik untuk membangun konsep awal pembelajaran sebelum menuju materi inti pembelajaran. Selain itu, scene setting dapat memotivasi peserta didik dalam pembelajaran. Peserta didik tidak langsung dipaksa untuk menerima materi inti , namun membuat keingintahuan peserta didik muncul dengan sendiri untuk memahami materi yang dipelajarinya.

Dengan scene setting tersebut, peserta didik akan penasaran untuk mengikuti tahap pembelajaran berikutnya dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan saat memasuki inti pembelajaran, mereka begitu enjoy menikmati aktivitas belajar tanpa paksaan dan tekanan. Peserta didik belajar dengan kesadaran tinggi dan keikhlasan, hingga hasil akhir yang dicapai  akan memuaskan.

Scene setting ini mengarahkan gelombang otak peserta didik pada frekuensi alfa atau di 8-12 Hz. Dalam gelombang ini, peserta didik dalam keadaan rileks tetapi waspada, misal membaca, menulis, melihat, memikirkan jalan keluar suatu masalah. Dalam kondisi gelombang ini adalah saat paling tepat untuk belajar karena

Neuron atau syaraf pada otak berada dalam suatu harmoni, melakukan tembakan impuls listrik bersamaan dan beristirahat juga bersamaan sehingga akan memberikan memori yang maksimal pada otak. Untuk masuk ke kondisi alfa, skenario scene setting bisa menggunakan berbagai cara, antara lain fun story, ice breaking, brain gym, musik.

 

Secara ringkas manfaat dari scene setting yang telah disampaikan di atas antara lain :

  • Pemberian pengalaman belajar sebelum masuk ke materi inti.
  • Membangun konsep pembelajaran yang akan diberikan.
  • Berfungsi sebagai pereduksi instruksi
  • Berfungsi sebagai pembangkit minat peserta didik dan penasaran.

Banyak sumber atau referensi yang bisa dijadikan ide untuk membangun sebuah scene setting. Dalam mencari atau menentukan sumber harus memperhatikan bahwa sumber itu berkaitan dengan jenis aktivitas, berkaitan dengan indikator pencapaian pembelajaran, alur berpikir dalam menggunakannya. Sumber itu harus memberikan dampak memori jangka panjang dan mempunyai arti sehingga memaksimalkan ketersambungan dengan materi inti.

Sumber pertama bisa tentang keselamatan hidup, yaitu berkaitan dengan keselamatan hidup seseorang atau makhluk lain, akan lebih berkesan apabila yang terancam pada lingkaran terdekat pada diri peserta didik dan keluarganya. Contoh yang banyak digunakan adalah bencana alam, penyakit, kecelakaan dan lain-lain.

Sumber kedua adalah kegunaan/manfaat. Sumber ini merupakan aktivitas yang akan diajarkan berkaitan dengan adanya manfaat yang akan di dapat peserta didik pada saat aktivitas itu dilakukan. Manfaat tersebut akan lebih baik dapat dirasakan langsung oleh peserta didik pada saat selesai melakukan aktivitas. Contoh yang banyak digunakan adalah kegunaan dari suatu alat, atau manfaat aktivitas untuk tubuh dan pengetahuan.

Sumber ketiga adalah sebab akibat. Sumber ini merupakan aktivitas yang akan diajarkan berkaitan dengan adanya akibat yang akan terjadi apabila aktivitas tersebut dikerjakan. Akibat yang terjadi lebih baik bersifat “extrem” atau sangat menyentuh dan berpengaruh kepada peserta didik. Contoh yang banyak digunakan adalah menceritakan akibat atau dampak yang akan terjadi jika tidak memahami ilmu tentang listrik.

Sumber keempat adalah penyampaian informasi/berita. Sumber ini merupakan aktivitas yang akan diajarkan berkaitan dengan berita atau informasi yang “up to date”. Berita tersebut dapat dapat dibacakan atau diceritakan oleh guru. Contohnya dengan membawa kliping koran atau majalah tentang berita yang terkait dengan materi belajar.

Sumber keempat adalah cerita imajinatif. Sumber ini merupakan sebelum melakukan aktivitas pembelajaran, diawali dengan cerita khayalan yang menarik minat peserta didik untuk masuk ke materi belajar. Cerita tersebut dapat berupa cerita dari film - film fiksi atau guru mengarang sendiri. Biasanya cerita imajinatif ini sangat disukai oleh peserta didik-peserta didik usia “golden age” (usia emas)

Sumber kelima adalah pertanyaan. Sumber ini merupakan sebelum melakukan aktivitas pembelajaran diawali dengan beberapa pertanyaan yang memancing peserta didik untuk membawa kepada materi pembelajaran. Cara guru bertanya pada awal belajar ini dapat bervariasi model dan caranya. Pertanyaan dapat merupakan pertanyaan berantai. Biasanya akan berhasil apabila ada penghargaan yang akan diberikan kepada peserta didik apabila pertanyaan tersebut dapat dijawab.

Sumber keenam adalah film. Sumber ini merupakan aktivitas belajar di awali dengan film, yang mana peserta didik tidak diberitahu judul dan maksud film tersebut. Biasanya guru membagi beberapa kelompok peserta didik untuk memberi komentar setelah film diputar. Jenis film dapat beragam sesuai dengan materi belajar.

 

bambangkhristanto@gmail.co.id

 

    Komentar Pembaca :
Tulis Komentar: